Sejarah Kerajaan Bali, Raja, Kehidupan Poleksosbud, Masa Kejayaan dan Keruntuhan
Sejarah Kerajaan Bali, Raja, Kehidupan Poleksosbud, Masa Kejayaan dan Keruntuhan. Pembahasan tentang Kerajaan Bali yang meliputi sejarah singkat, sejarah raja-raja, kehidupan (politik ekonomi dan sosial budaya), masa kejayaan, penyebab keruntuhan hingga peninggalan kerajaan bali.
Pada materi pelajaran Sejarah kali ini kita akan mencoba mempelajari bersama mengenai sejarah Kerajaan Bali. Sobat RUMUSPELAJARAN.COM tidak ada salahnya untuk menyiapkan buku catatan, barangkali ada beberapa hal penting yang nantinya perlu sobat catat atau rangkum. Atau bisa juga sobat simpan di file notepad maupun MS Word jika sobat memiliki laptop atau PC.
Sejarah kehidupan masyarakat di pulau Bali tidak bisa lepas dari sejarah Kerajaan Bali itu sendiri. Pemerintahan kerajaan Bali beberapa kali mengalami perubahan. Hal itu dikarenakan pada tersebut banyak terjadi pertumpahan darah dan pertikaian antar kerajaan dalam memperebutkan wilayah kekuasaan.
Menurut catatan sejarah, diprediksi Kerajaan Bali awalnya bernama Kerajaan Bedahulu yang kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit. Hanya saja setelah Kerajaan Majapahit runtuh, Kerajaan Gelgel mengambil alih kerajaan tersebut kemudian diteruskan oleh kerajaan Klungkung. Dan pada periode pemerintahan Kerajaan Klungkung inilah banyak terjadi perpecahan sehingga Kerajaan Klungkung pun akhirnya pecah menjadi delapan kerajaan kecil yang dikenal dengan swapraja.
Sejarah Kerajaan Bali secara mendetail tidak banyak yang tahu. Satu yang jelas bahwa kerajaan Bedahulu (Bedulu) merupakan kerajaan pertama yang ada di wilayah Bali. Adapun Kerajaan Bali berpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar. Kerajaan tersebut berdiri sekitar abad ke-8 sampai abad ke-14. Berdasarkan beberapa cerita, Kerajaan Bali dipimpin oleh kelompok bangsawan dari dinasti Warmadewa (Sri Kesari Warmadewa).
Sejarah Singkat Kerajaan Bali
Berdasarkan prasasti yang ditemukan, Kerajaan Bali dipimpin oleh para raja dari Dinasti Warmadewa. Dan Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa (lebih dikenal dengan nama Udayana) adalah salah satu raja yang paling terkenal, yang memegang pangku kekuasaan sejak tahun tahun 989 Masehi.
Didampingi permaisurinya yang bernama Mahendradatha (Gunapriyadharmaptani), raja Udayana memimpin Kerajaan Bali hingga tahun 1001 Masehi. Untuk mengabadikan permaisuri yang wafat, dibangunlah sebuah candi di Desa Berusan, di sebelah tenggara Bedulu. Sedangkan arcanya merupakan perwujudan dari Durga yang ditemukan di daerah Kutri (Gianyar).
Dalam mengarungi biduk rumah tangga dengan permaisuri Mahendradatha, mereka diakrunia tiga orang putra yang masing-masing bernama Airlangga, Marakata dan Anak Wungsu. Anak sulungnya yang bernama Airlangga, kelak akan menikahi seorang putri Dharmawangsa dan menjadi raja di Pulau Jawa.
Ketika Raja Dharmodayana wafat, ia dibuatkan bangunan suci Banu Wka yang hingga sekarang lokasi pastinya belum diketahui. Kemudian mahkota kerajaan diturunkan kepada pangeran Marakata. Raja baru yang memiliki gelar Dharmodhyana Wangsawardhana Marakata Panjakasthana Uttunggadewa ini memerintah kerajaan dari tahun 1011 – 1022 Masehi.
Raja Marakata sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya karena beliau sangat perhatian kepada rakyatnya. Pada masa pemerintahnnya, beliau membangun sebuah prasada atau tempat pertapaan yang terletak di Gunung Kawi. Prasada tersebut lokasinya berdekatan dengan Istana Tampak Siring. Bangunan tempat pertapaan tersebut sampai sekarang masih ada dan dilestarikan sebagai salah satu objek wisata di Bali.
Setelah raja Marakata mangkat, kursi kekuasaan Kerajaan Bali diberikan kepada putranya yang bernama Anak Wungsu. Raja ini memimpin kerajaan mulai tahun 1049 hingga 1077 Masehi. Beliau meninggalkan 28 buah prasasti yang merupakan prasasti terbanyak daripada raja-raja yang sempat memerintah sebelumnya. Sayangnya Raja Anak Wungsu ini tidak memiliki keturunan. Beliau wafat dan didharmakan di daerah Gunung Kawi.
Loncat ke tahun 1430, Kerajaan Bali dipegang oleh Raja Dalem Bedaulu, yang selanjutnya jatuh ke tangan Gajah Mada dari Majapahit.
Daftar Raja Kerajaan Bali
Berikut ini adalah nama-nama raja yang memegang tampuk kepemimpinan di Kerjaan Bali, antara lain:
1. Sri Kesari Warmadewi
Tertulis dalam Prasasti Blanjong tahun 914 Masehi, bahwa istana kerajaan Bali berada di Singhadwalawa.
2. Ratu Sri Ugrasena
Menurut catatan sejarah, Ratu Sri Ugrasena memimpin Kerajaan Bali dari tahun 915 sampai 942 Masehi, dimana istananya terletak di Singhamandawa. Setelah Ratu Sri Ugrasena wafat, beliau didharmakan di Air Mandatu.
3. Tabanendra Warmadewa
Tabanendra Warmadewa memegang tahta kerajaan Bali sejak tahun 955 – 967 Masehi.
4. Jayasingha Warmadewa
Kerajaan Bali dipimpin Raja Jayasingha Warmadewa hingga tahun 975 Masehi. Namun terdapat pro-kontra mengenai Jayasingha Warmadewa. Ada yang mengatakan bahwa beliau bukan termasuk salah dari keturunan Tabanendra. Pasalnya pada tahun 960 Masehi adalah bertepatan juga dengan masa kepemimpinan Jayasingha Warmadewa (keturunan Tabanendra ) yang menjadi raja saat itu.
Bisa jadi Jayasingha Warmadewa ini adalah seorang putra mahkota yang menggantikan raja sebelum ayahnya turun tahta. Yang jelas, beliau membuat sebuat telaga (pemandian) dari sumber suci di Desa Manukraya. Tempat pemandian yang lokasinya dekat Tampaksiring, yang dikenal dengan nama telaga Tirta Empul.
5. Janashadhu Warmadewa
Sang Ratu Sri Janasadhu Warmadewa memegang tampuk kekuasaan kerajaan Bali sejak tahun 975 – 983 Masehi.
6. Sri Wijaya Mahadewi
Pada tahun 983 Masehi, Kerajaan Bali dipimpin oleh perempuan bernama Sri Wijaya Mahadewi. Gelar lengkap ratu tersebut adalah Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Beliau adalah raja Bali pertama yang memakai gelar “Sri Maharaja”. Penguasa kerajaan Bali sebelumnya menggunakan gelar “Sang Ratu” hingga raja Janasadhu.
7. Dharma Udayana Warmadewa
Kerajaan Bali mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Dharma Udayana Warmadewa. Beliau memimpin kerajaan hingga tahun 1011 Masehi. Udayana memiliki permaisuri yang bernama Mahendradatta, putri Raja Makutawangsawardhana, dari Jawa Timur.
Pernikahan raja Udayana dan Mahendradatta membawa pengaruh kebudayaan Jawa di Bali semakin berkembang. Hal tersebut nampak dari penulisan prasasti yang menggunakan bahasa Jawa Kuno, dan pada masa kekuasaannya mulai dibentuk dewan penasihat seperti yang biasa dilakukan pada pemerintahan kerajaan-kerajaan di Jawa.
Raja Udayana meninggal dunia dan dicandikan di Banuwka. Hal ini tertulis dalam prasasti Air Hwang (1011 Masehi). Sementara itu menurut tulisan yang tertera dalam prasasti Ujung (Hyang), Udayana diberi nama Batara Lumah di Banuwka.
8. Marakata
Raja yang memiliki nama gelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa ini memegang tahta kerajaan Bali dari tahun 1011 – 1022 Masehi. Masa pemerintahan ini sezaman dengan Airlangga. Maka tak heran jika Stutterheim mengemukakan bahwa Marakata adalah Airlangga itu sendiri. Hak ini disebabkan karena adanya persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya.
Pada masa pemerintahannya, Marakata membangun sebuah candi (persada) yang terletak di Gunung Kawi, daerah Tampaksiring.
9. Anak Wungsu
Raja Anak Wungsu memerintah Kerajaan bali dari tahun 1049 – 1077 Masehi. Beliau memiliki nama gelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Selama masa pemerintahan, beliau membuat lebih dari 28 prasasti di Bali Tengah, Bali Utara dan Bali Selatan. Beliau tidak memiliki keturuan, dan wafat pada tahun 1077 Masehi serta dimakamkan di daerah Gunung Kawi.
10. Jaya Sakti
Pada tahun 1133 – 1150 Masehi, kekuasaan kerajaan Bali dipegang oleh Jaya Sakti. Raja ini sezaman dengan pemerintahan raja Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan roda pemerintahan, beliau menggunakan kitab Undang-Undang yang bernama kitab Utara Widdhi Balawan dan kitab Rajawacana.
11. Bedahulu
Pada tahun 1343 M, kerajaan Bali dipimpin oleh Bedahulu yang memiliki gelar Sri Astasura Ratna Bhumi Banten. Beliau didampingi oleh kedua patihnya yang masing-masing bernama Kebo Iwa dan Pasunggrigis.
Sayangnya, Bedahulu adalah raja terakhir yang memimpin Kerajaan Bali. Pasalnya, beliau diditaklukkan oleh Gajah Mada sehingga sejak saat itu wilayah kerajaan Bali akhirnya menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Kehidupan Politik
Kerajaan Bali dipimpin oleh Raja Udayana sejak tahun 989 sampai 1011 Masehi. Beliau memiliki nama gelar Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa. Selama hidupnya beliau dikaruniai tiga orang putra yang bernama Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu. Nantinya Airlangga akan menjadi raja terbesar dari Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur.
Berdasarkan catatan pada sebuah prasasti, raja Udayana menjalin hubungan baik dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Pasalnya permaisurinya yang bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok.
Setelah Udayana wafat, tahta kerajaan diberikan kepada putranya yang bernama Marakata. Pada era pemerintahan Marakata, rakyatnya menganggap bahwa beliau merupakan sumber kebeneran hukum karena sifatnya yang dermawan dan selalu melindungi rakyatnya. Beliau juga membangun sebuah tempat peribadatan untuk masyarakat kerajaan yang berada di Gunung Kawi.
Setelah raja Marakata wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh Anak Wungsu yang sejatinya adalah adik dari Marakarta. Anak Wungsu menjadi raja terbesar yang berasal dari Dinasti Warmadewa. Raja ini mampu menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dan ancaman, baik itu yang berasal dari dalam, maupun dari luar wilayah kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, raja Anak Wungsu dibantu oleh penasihat pusat yang bernama Pakirakiran I Jro Makabehan. Badan penasihat yang terdiri atas senapati dan pendeta Siwa serta Buddha tersebut memiliki tugas untuk memberikan tafsiran serta nasihat kepada Sang Raja dalam berbagai permasalahan yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Selain itu, senapati memiliki tugas dalam bidang kehakiman dan pemerintahan. Dan pendeta bertugas untuk mengurusi masalah yang berhubungan dengan masalah agama dan kehidupan sosial.
Kehidupan Ekonomi
Beberapa prasasti menyebutkan adanya beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Maka tak mengherankan jika Kerajaan Bali kehidupan ekonominya sangat mengandalkan bidang pertanian atau bercocok tanam.
Ada beberapa istilah dalam bercocok tanam misalnya, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan (irigasi).
Selain itu juga ditemukan aktivitas lain dari masyarakat pada masa Kerajaan Bali di luar sektor pertanian. Antara lain:
Undagi
Undagi adalah masyarakat dari golongan seniman. Mereka memiliki keahlian dalam bidang seni lukis, seni pahat dan seni bangunan.
Pande
Golongan pande atau dikenal juga dengan sebutan pandai atau perajin. Mereka adalah golongan masyarakat yang memiliki keahlian dalam membuat kerajinan dan perhiasan dari bahan emas dan perak. Misalnya saja senjata, alat-alat pertanian, perhiasan, hingga peralatan rumah tangga.
Pedagang
Selain sektor pertanian, ternyata masyarakat era Kerajaan Bali juga mengandalkan sektor perdagangan. Dalam istilah perdagangan terdapat wanigrama yaitu pedagang laki-laki, dan wanigrami yaitu pedagang perempuan. Menurut catatan dalam Prasasti Banwa Bharu, para pedagang tersebut melakukan aktivitasnya hingga antar pulau.
Kehidupan Sosial-Budaya
Pada masa Kerajaan Bali Kuno, terdapat struktur kehidupan bermasyarakat yang berdasarkan pada beberapa hal.
Sistem Kesenian
Pada era kerajaan Bali, kesenian masyarakat Bali kuno dibagi menjadi dua, yakni sistem kesenian keraton dan sisanya adalah sistem kesenian rakyat.
Sistem Kasta
Seperti yang diterapkan pada kebudayaan Hindu di India, pada awalnya perkembangan agama Hindu di Kerajaan Bali juga menerapkan sistem kasta (Caturwarna), dimana kehidupan masyarakat terbagi atas beberapa kasta. Sementara itu untuk masyarakat yang berada di luar kasta disebut sebagai njaba (budak).
Sistem Hak Waris
Seperti aturan pada umumnya, sistem hak waris dari harta benda dibedakan menjadi dua yakni, anak laki-laki dan anak perempuan. Dimana anak laki-laki akan menerima bagian warisan yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Agama dan Kepercayaan
Sebagaian besar masyarakat Bali memeluk agam Hindu. Namun ada juga yang menganut agama Buddha dan kepercayaan animisme. Masyarakat kerajaan Bali sangat kuat dalam mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyang mereka, namun tetap terbuka dalam menerima pengaruh serta ajaran dari luar.
Masa Kejayaan Kerajaan Bali
Seperti telah disinggung di atas, Kerajaan Bali mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Udayana. Pada masa tersebut kerajaan memiliki sitem pemerintahan yang lebih jelas dan terarah daripada para pendahulunya
Pada masa kepemimpinan raja yang memiliki nama gelar lengkap Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa ini, kekuatan kerajaan semakin kokoh dengan adanya pernikahan Udayana dengan Mahendradata, seorang putri dari raja yang berasal dari Jawa Timur, yaitu Raja Makutawangsawardhana. Sehingga pernikahan tersebut semakin menguatkan kedudukan Kerajaan bali baik di Bali itu sendiri maupun di Pulau Jawa.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Bali
Mencapai puncak kejayaan adalah hal yang sulit. Namun lebih sulit lagi dalam mempertahankannya. Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit adalah sosok yang membuat Kerajaan Bali runtuh. Gajah Mada mempunyai misi untuk memperluas wilayah ekspansi Kerajaan Majapahit di nusantara.
Awalnya, Patih Gajah Mada mengajak raja dari Kerajaan Bali untuk berunding mengenai penyerahan wilayah kerajaan ke tangan majapahit. Maka dikirimlah patih Kebo Iwa sebagai perwakilan dari Kerajaan bali menuju Majapahit, untuk melakukan perdamaian.
Ketika sampai di Majapahit, sang patih Kebo Iwa dibunuh tanpa sepengetahuan Kerajaan Bali. Kemudian pihak Kerajaan Majapahit mengutus kembali Patih Gajah Mada untuk berpura-pura mengajak berunding bersama.
Sayangnya, semua itu hanya siasat untuk membunuh raja Gajah Waktra. Kerajaan Bali pun akhirnya runtuh dan berakhir, serta wilayahnya menjadi kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Peninggalan Kerajaan Bali
Berikut ini adalah beberapa peninggalan dari Kerajaan Bali yang sampai saat ini masih bisa sobat jumpai, antara lain:
- Candi Padas di Gunung Kawi
- Candi Mengening
- Candi Wasan
- Prasasti Blanjong
- Prasasti Panglapuan
- Prasasti Gunung Panulisan
- Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
- Pura Agung Besakih
Demikianlah paparan singkat mengenai sejarah Kerajaan Bali, mulai bagaimana sejarah singkat Kerajaan Bali, daftar nama raja-rajanya, kehidupan masyarakatnya, masa puncak kejayaan hingga runtuhnya Kerajaan Bali.