Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, Nama Raja, Prasasti dan Peninggalanya
Pembahasan materi tentang kerajaan Sriwijaya lengkap dengan nama rajanya. Dimanakan letak Kerajaan Sriwijaya? pertanyaan ini patut kita bahas sebab sering muncul dalam pertanyaan yang keluar dalam tugas sekolah.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Indonesia yang teparnya di Pulau Sumatra. Namun, tahukan kamu siapa pendiri Kerajaan Sriwijaya dan apa saja peninggalnya. Jika melihat sejarah kita akan menemukan beberapa bukti yang menerangkan Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang mampu menginvasi hingga di Negara Asia.
Pada kesempatan sebelumnya kami telah membahas materi tentang sejarah Kerajaan Kalingga lengkap dengan peninggalan Kerajaan Kalinga, raja yang pernah memerintah Kerajaan Kalinga.
Materi penting lainya yang sering dicari seputar kerajaan Sriwijaya adalah prasasti dan peninggalan-peninggalanya yang nanti akan kita bahas juga di artikel kali ini. Kerajaan bercorak Budha ini memang sangat sering di bahas dan menjadi salah satu kerajaan dengan nama raja Besarnya.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”,maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya
Lokasi Sriwijaya masih dipertanyakan. Menurut pandangan G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya berada di Palembang. Ide ini terganggu dengan kurangnya penemuan arkeologi di Palembang. J.L. Moens, misalnya, mengatakan dia membangun kembali peta Asia Tenggara dengan menggunakan berita Cina dan Arab dan mengatakan bahwa Sriwijaya berbasis di Kedah dan kemudian dipindahkan ke Muara Takus.
Dengan kata lain Soekmono telah menjadikan Jambi sebagai lokasi yang nyaman untuk pusat Sriwijaya karena berada di Teluk tetapi langsung terlindung dari laut lepas. Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya dengan banyak kontroversi. Jambi, Kedah, Chaya (Thailand Selatan) dan bahkan Jawa telah dinyatakan sebagai pusat Sriwijaya karena penelitian mereka.
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa Sriwijaya yang dianggap bercorak Maritim memiliki kebiasaan berpindah antar pusat-pusat kekuasaan. Hal ini dimungkinkan mengingat teori Mandala yang diklaim Robert von Hein-Gelder bahwa pusat kerajaan kuno Asia Tenggara adalah raja sendiri dan pengaruhnya. Bukan kekuatan teritorial atau ibu kota kerajaan, seperti di Eropa.
Pendiri Kerajaan
Prasasti Kedukan Bukit (682 M) menyebutkan nama Dapunta Hyang dan prasasti Talang Tuo (684 M) menggambarkannya sebagai Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini merupakan gambaran tertua (raja) seorang laki-laki yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Sri Vijaya.
Berdasarkan prasasti Kota Kapoor di Pulau Bangka (686 SM), Sriwijaya diyakini mampu menguasai kota-kota selatan Sumatera, Bangka dan Belitung, bahkan Lampung. Bukti menunjukkan bahwa Sri Jayanasa mencoba melancarkan ekspedisi militer untuk menyerang Jawa, yang bahkan tidak dianggap melayani Maharaja Srwijaya, bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Tarumanagara Jawa Barat dan Kerajaan Holing. (Kalingga) Jawa Tengah mungkin karena diserang oleh Sriwijaya.
Raja-raja Sriwijaya
Berikut ini merupakan nama raja-raja Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Sri Indrawarman
Indra, yang membangun kuil di Ligor, raja Sri Lanka, serta Hsin-t’ang-hsu, catatan sejarah Dinasti Sung dari abad ke-11, diambil dari petunjuk prasasti Ligor A (775) SM) ditemukan di Thailand selatan, penerus Sri Jayanasa. Yurijaya diutus oleh seorang utusan pada tahun 724 M.
Raja Dharanindra
Setelah pemerintahan sebelumnya Sri Indramarwan, arah kekuasaan Sriwijaya diteruskan ke Jawa, yaitu Kerajaan Medang di Mataram, Jawa Tengah. Dharanindra berasal dari prasasti Ligor B dan dari prasasti Nalanda di India dengan “Sailendravamsatilaka Sri Virawairimathana” atau batu mulia keluarga Syailendra. Sailendra sendiri memerintah dinasti di Jawa.
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa itu di bawah kendali Syailendra dari Jawa pada tahun-tahun ketika dia menulis bukti ini. Alasan disintegrasi garis keturunan Sriwijaya sampai munculnya Balaputradeva sebagai raja adalah karena aksesi Sriwijaya ke Jawa.
Pelajari juga materi materi sejarah lainya seperti sejarah singkat kerajaan Mataram di Indonesia dan silsilah kerajaan Kutai Martapura lengkap dengan sejarah, masa kejayaan, nama-nama raja yang berjaya dijamanya.
Raja Samaratung
Ada dua pendapat mengenai raja Samaratunggayaitu apakah itu putra atau cucu Dharanindra. Krom mengira dia adalah putranya, dan Slamet Muljana mengira dia adalah cucunya. Dia tidak suka perang di Samaratung dan fokus pada kerajaannya. Salah satunya adalah menyelesaikan pembangunan candi Borobudur di Muntilan, Jawa Tengah. Samaratunga memiliki seorang putri, Pramodhavardani, yang kemudian menikah dengan Rakai Pikatan untuk meredam konflik antara Hindu dan Budha di Kerajaan Medang.
Rakai Pikatan
Rakai Pikatan dan Pramodhavardani adalah anak dari Samaratunga, sedangkan Balaputradeva adalah paman atau adik dari Samaratungga. Sebagai akibat dari satu atau lain hal, perebutan kekuasaan menyebabkan pengusiran Sumatera, negara ayah dan nenek moyang Balaputradeva. Balaputradeva telah membangun kembali kekuatannya di Sumatera, yang berarti rumah Sailendra terbagi menjadi dua bagian.
Balaputradewa
Balaputradeva, pada abad kesembilan, memulai kembali Sriwijaya dan membuat sejarahnya lebih jelas dari sebelumnya. Hubungan India dengan Raja Devapaladeva dari Bangladesh juga dijelaskan dalam prasasti Nalanda. Balaputradeva berada di Nalanda di mana dia mendukung pendidikan para biksu Buddha. Raja memulai ketenarannya sebagai penguasa pedagang Sri Lanka dalam bahasa Melayu dan meninggalkan hubungannya dengan Jawa.
Sri Udayadityawarman
Banyak hal yang diketahui tentang suaminya Udayadityavarman kecuali buku sejarah Dinasti Sung, dan pada tahun 960 dan 962 J.L. Moens bisa dibandingkan dengan suaminya Udayadityavarman.
Sri Culamaniwarman/Cudamaniwarmadewa
Seorang raja dalam masa pemerintahannya yang memiliki hubungan baik dengan kerajaan Cola besar di India dan kekaisaran Cina. Hal ini dikarenakan adanya ancaman penyerangan dari Jawa (Prasasti Hujung Langit) di Jawa pada tahun 922 SM, sehingga Sriwijaya mengirimkan wakilnya ke Tiongkok pada tahun 1003 M dan kembali dimana Sri Cudamani Warmadeva mendirikan sebuah candi di salah satu Muara Takus. “cheng-tien-wan-show” atau set yang disebut Candi Bungsu. Perkembangan ini merupakan bentuk pemberian dan kesetiaan kepada Imperium Cina, pelindung Sri Lanka.
Pelajari Juga: Pengertian Zaman Neolitikum, Jenis, Ciri, Peninggalan, Kebudayaan dan Cara Hidup
Sri Marawijayatunggawarman.Pada 1008 ia kembali dari Sriwijaya atas nama seorang raja pembawa pesan, Se-Li-Ma-La-Pi, dan kemudian dikenal sebagai Sri Maravijayatunggavarman, putra Sri Culamanivarma. Raja menyerang raja Jawa, yang menginvasi Palembang, Dharmawangsa Teguh, sekitar tahun 1016. Serangan tersebut kemudian menggulingkan kerajaan Medang. Suaminya Marawi kemudian memiliki seorang putra.
Sri Sanggramawijayatunggawarman
Nama tersebut diketahui dari prasasti Tanjore (sekitar 1030 M) yang menyatakan bahwa Rajendracoladeva pernah menyerbu Kerajaan Sriwijaya. Namun, Sriwijaya tetap berdiri dan pada 1028 mengirimkan wakilnya ke Dinasti Sung.
Kerajaan Cola menginvasi Sriwijaya lagi pada tahun 1068, tetapi tidak dijajah, dan pemerintah Sriwijaya dapat memperoleh kembali kekuasaan. Catatan terakhir wakil Sriwijaya dari Cina adalah pada tahun 1178, dan nama Sriwijaya tidak pernah muncul sampai abad ketiga belas, ketika San Fo-tsin mengklaim sebagai kerajaan yang besar dan berkuasa. Namun, sebagian ulama mengatakan bahwa Dharmasraya, Sri Lanka, yang dideklarasikan sebagai pusat perdagangan dan pelayaran pada abad ke-13, adalah bagian dari Kerajaan Melayu, karena Singasari dikukuhkan pada tahun 1275 oleh Pamalayu, yang membenarkan bahwa Sumatera berada di bawah kendali Kerajaan Melayu dan bukan Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Beberapa peninggalan-peninggalan penting yang pernah ada dan menyatakan kerajaan Sriwijaya adalah:
Prasasti Kedukan Bukit (682 M)
Bukti pertama pendirian kerajaan Sriwijaya dan berisi informasi pertama mengenai rajanya Dapunta Hyang.
Prasasti Talang Tuo (684 M)
Berisi informasi lebih lanjut mengenai nama raja pertama Sriwijaya yang lebih jelas. Yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa
Prasasti Ligor, Thailand (775 M)
Berisi informasi mengenai kekuasaan Sriwijaya di Ligor dan pendirian kuil. Menjelaskan mengenai nama Raja Sri Indrawarman dan Dharanindra.
Prasasti Kota Kapur (686 M)
Berisi kutukan terhadap mereka yang membangkang terhadap Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu
Berisi kutukan-kutukan bagi mereka yang tidak mau mematuhi perintah Raja. Pengkhianat, mata-mata dari penguasa wilayah di dalam mandala Sriwijaya, bersekutu menentang Sriwijaya, serta tak patuh pada apapun yang menjadi keputusan maharaja Sriwijaya.
Prasasti Leiden (1005 M)
Prasasti ini menunjukkan hubungan baik antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Cola/Coramandel dari daerah Tamil, India bagian selatan.
Candi Muara Takus
Komplek peninggalan Sriwijaya yang salah satunya merupakan bangunan sebagai bentuk hadiah dan ketundukan kepada kaisar Cina.
Prasasti Nalanda, India (860 M)
Pusat pembelajaran agama Budha di India, yang merupakan lokasi pembelajaran agama Budha yang populer dan dikunjungi pendeta dari seluruh dunia. Balaputradewa tercatat Namanya sebagai raja yang mendukung penuh kegiatan pembelajaran di Nalanda.
Pelajari Juga: Kronologi Revolusi Indonesia, Latar Belakang, Proklamasi Kemerdekaan, Makalah dan Dampaknya.
Demikianlah materi Sejarah Kerajaan Sriwijaya lengkap dengan Peninggalah, Silsilah, Nama-nama Raja dan Prasastinya, semoga menambah ilmu pengetahuan kita semua.